Skip to main content

Dilema Dukungan Demokrat untuk Prabowo dan Jokowi

Prabowo-SBY (Foto/Detik.com)
Jalan Partai Demokrat menuju 'Tahta Tertinggi' di Republik Indonesia masih terjegal. Mulus dukungan Demokrat untuk Prabowo pada awal-awal perbincangan koalisi tak sampai ke tangan KPU. Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY yang semula akan disandingkan dengan Prabowo Subianto justru disalip oleh Sandiaga Uno (eks Wagub DKI).

Ibarat cinta, ternyata sayangnya Demokrat pada Gerindra tak terbalas dengan tulus. Yahh namanya saja politik he he he, Tak ada 'Cinta' abadi dalam politik, tak ada musuh abadi dalam politik. Setidaknya inilah yang dipertontonkan. Menyaksikan geliat Prabowo menuju kursi nomor satu Indonesia, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersatu memikat hati rakyat.

Kemudian jadilah koalisi penantang calon petahana. Jokowi bukan berarti mulus mengusung calon pendampingnya. Koalisi 'gemuk' pendukung Jokowi bahkan terkesan memberi harapan palsu pada Mahfud MD. Namun tak berlangsung lama Mahfud yang sempat mendapat angin segar untuk maju pada Pemilu 2019 kemudian berangsur-angsur Move On dan menganggap yang dilakukan Jokowi dan koalisi partai pendukungnya sudah tepat.

Demokrat terlanjur sudah menyatakan mendukung Ketua Umum Gerindra. Prabowo Subianto berpasangan dengan Sandiaga Uno pun diarak ke KPU. Muncul pula dua pangeran Cikeas, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Meski senyuman keduanya tampak sumringah dan menyatakan mendukung Prabowo. Namun, hati setiap orang siapa yang tahu.

Adapun sejumlah elite Partai Demokrat bermunculan dan membuat pernyataan yang boleh dikata menyudutkan Prabowo dan koloni pendukungnya. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief misalnya, terang-terangan membuat sejumlah pernyataan lewat dunia maya.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghatgai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus," tulis Andi Arief melalui akun twitter @AndiArief_, Kamis (8/8).

Dalam kicauan selanjutnya, Andi pun mengaku semakin ragu dengan gelegar suara Prabowo sama dengan mentalnya.

"Dia bukan strong leader, dia chicken," ujar Andi.

Baca: Elite PD: Demokrat Tidak Temukan Kecocokan dengan Prabowo

Andi pun mengatakan jika ada operasi menjadikan Jokowi Calon tunggal. Jika tidak berhasil, maka operasi selanjutnya menunjuk wakil Prabowo yang lemah dengan memanfaatkan kesulitan logistik Prabowo. Andi pun mengibaratkan permainan politik ini ibarat pengaturan skor dalam permainan sepakbola.

Menurut Andi Arief, pihaknya selama ini tidak pernah meminta kepada Gerindra dalam mengisi posisi calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo merebut kursi RI 1. Syarief mengatakan sejak awal pihaknya menyerahkan sosok calon wakil presiden kepada calon presiden.

Gerah atas pernyataan yang ditulis Andi Arief, Partai Gerindra membalas -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan pernyataan wakil sekretaris jenderal (Wasekjen) Demokrat Andi Arief yang menyebut Ketua Umum Gerindra Prabowo sebagai jenderal kardus menunjukkan bahwa Andi Arief sedang hilang kesadaran.

Arief Poyuono menuliskan, "Kalau Prabowo jenderal kardus, SBY itu jenderal 'baper' (bawa perasaan), tukang ngeluh," seperti dilansir CNNIndonesia.com.

Andi Arief Jelaskan Awal Mula Cuitan 'Jenderal Kardus'

Wasekjen Partai Demokrat (PD) Andi Arief menjelaskan perihal uang masing-masing Rp 500 M yang disebut dari Sandiaga Uno untuk PAN dan PKS. Apakah Andi diperintah partai untuk mengungkapkannya ke publik?

"Tanggal 8 malam itu setelah laporan tim kecil partai yang bertemu dengan tim Gerindra, sekitar 40 pengurus partai mendiskusikan perkembangan," ujar Andi Selasa (14/8/2018).

Polemik Baru PD Ijinkan Kadernya Mendukung Jokowi

Ketua DPD Demokrat Papua, Lukas Enembe, yang baru ditetapkan KPU Papua sebagai Gubernur Papua yang berpasangan dengan Klemen Tinal selaku Wakil Gubernur Papua untuk periode 2018-2023, mengatakan seluruh kader Demokrat Papua siap mendukung calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam pesta demokrasi Pilpres 2019 mendatang.

"Saya atas nama Ketua DPD Partai Demokrat Papua siap bergabung dengan Koalisi Kerja yang sudah dibangun partai PDIP, PKB, Golkar, Perindo, Nasdem, Hanura, PKPI, PSI, PPP, mengusung pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin," kata Lukas di Kota Jayapura, Selasa (14/8).

Partai Demokrat (PD) memberi dispensasi kepada kader-kadernya di Papua untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019. Namun PD yang berada di barisan Prabowo-Sandi menolak dikatakan main dua kaki.

Menanggapi dispensasi Partai Demokrat, Cawapres Sandiaga Uno tak banyak berkomentar. "Saya nggak mau berkomentar, karena ini internal Partai Demokrat," kata Sandi di sela menghadiri Agrinex di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu (9/9/2018).

Baca: Prabowo Memuji Jokowi yang Dinilainya Sukses Menggelar Perhelatan Asian Games 2018

Wasekjen PD Andi Arief mengatakan tak hanya kader PD Papua yang menaruh simpati cukup besar ke Jokowi. Setidaknya ada 5 wilayah lain. Namun memang PD baru memberi dispensasi kepada DPD Papua.

"Untuk semnetara ini masih Papua (yang diberi dispensasi), Sulut kan emang imbang suaranya. Masih Papua karena kita berkepentingan juga suara di Papua dong. Kalau kita paksakan suara Pak Prabowo di sana kan relatif gak terlalu besar," kata Andi Arief di kediaman SBY, Jl Mega Kuningan, Jakarta, Minggu (9/9/2018).

Andi Arief mengatakan PD juga mempertimbangkan kepentingan elektoralnya saat memberi dispensasi kepada DPD Papua. Di wilayah lain yang masih ada potensi dimenangkan Prabowo, PD tentu tak akan memberi dispensasi.

Comments

Popular posts from this blog

Kronologi Kasus Hambalang

Foto: Istimewa Video “Mesum” Wikasalim Sudah Ditonton Ratusan Ribu Kali Pemindahan Proyek Kemenpora Proyek di Ditjen Olahraga Kemendikbud dipindahkan di Kemenpora. Lalu dilaksanakan pengurusan sertifikat tanah Hambalang tapi tidak selesai. 2004-07-29 Pembebasan Tanah Dilakukan pembayaran para penggarap lahan di lokasi tersebut dan sudah dibangun masjid, asrama, lapangan sepakbola dan pagar. 2005-02-14 Studi Geologi Datang studi geologi oleh konsultan pekerjaan di lokasi Hambalang. 2006-03-16 Penganggaran Maket dan Masterplan Dianggarkan pembuatan maket dan masterplan. Dari rencana awalnya pusat peningkatan olahraga nasional, menjadi pusat untuk atlet nasional dan atlet elite. 2007-08-18 Pengusulan Perubahan Nama Diusulkan perubahan nama dari Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Nasional menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional. 2009-05-12 Pertemuan di Kawasan Casablanca "Nazar, Anas, Dudung Puw...

KRONOLOGIS, Hikayat Honggo Di Tuban Petro Berakhir

Ilustrasi Pertambangan Jakarta, Pilarke7 -- Terhitung sejak tanggal, 26 Maret 2013 lalu, pemerintah menyatakan telah sepenuhnya menguasai TPPI ( PT Trans Pacific Petrochemical Indotama ) milik Honggo Wendratno melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan PT Pertamina. Tepat pada hari itu adalah batas akhir bagi Honggo sebagai penjamin pribadi untuk melunasi pembayaran Multi-year bond (MYB) seri VII kepada PPA sebesar Rp 734 miliar.  Demikian hal tersebut merupakan seri dari total utang yang diawal penerbitannya pada tahun 2004 bernilai Rp 3,26 triliun., dan setelah dicicl kisarannya hanya tersisa Rp 2,83 Triliun.  Adapun ini bermula dari restrukturisasi Badan Penyehatan Perbankkan Nasional terhadap kredit macet senilai Rp 4,2 Triliun di Bank Pelita dan Bank Istimarat, Honggo kini kehilangan PT Tuban Petro Industries yang ia jaminkan pada tahun 2012.  Status ( Selesai ) - PT Tuban Petro Industries diambil alih oleh pemerintah. Kronologisnya: 27 Aug 2012 ...

Keanehan Dibalik Mundurnya Karen Dari PT Pertamina

Karen (Kiri)  Jakarta, Pilarke7 -- Direktur utama PT Pertamina Karen Agustiawan mengajukan pengundurkan diri jabatannya pada Menteri BUMN Dahlan Iskan . Disebutkan Dahlan, alasan pengunduran diri tersebut, karena Karen ingin mengajar di Harvard, Amerika Serikat. Ekonom Faisal Basri menilai keputusan yang diambil oleh Karen, tidak wajar. Sebab, alasan mengajar dianggap tidak logis, bahkan menurutnya, ada sesuatu yang membuat Karen tidak betah memimpin perusahaan plat merah tersebut. "Saya enggak tahu sama sekali berdasar informasi dari anda agak ganjil kalau alasannya ngajar. Jadi ada sesuatu yang terjadi yang dia enggak tahan lagi," ujarnya di Hotel Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta, Senin (18/8). Tetapi menurut dia, jika pengunduran diri tersebut dihubungkan karena perseteruan Pertamina dan PLN , itupun sangat tidak mungkin. Karena, kedua perusahaan BUMN tersebut sangat besar memberikan kontribusi terhadap negara. "Pelaku-pelaku aditif ...